Imam Muslim dalam Shahihnya , dan juga para penulis kitab sunnah telah
meriwayatkan sebuah kisah taubat yang paling mengagumkan yang diketahui
oleh manusia.
Pada suatu hari Rasulullah duduk di dalam masjid, sementara para sahabat
beliau duduk mengitari beliau. Beliau mengajari, mendidik dan
mensucikan (hati) mereka.
Majelis tersebut dipenuhi oleh sahabat besar Nabi .
Tiba-tiba datanglah seorang wanita berhijab masuk ke pintu masjid. Kemudian Rasul pun diam, dan diam pula para sahabat beliau .
Wanita tersebut menghadap dengan perlahan, ia berjalan dengan penuh
gentar dan takut, ia lemparkan segenap penilaian dan pertimbangan
manusia, ia lupakan aib dan keburukan, tidak takut kepada manusia, atau
mata manusia dan apa yang akan dikatakan oleh manusia.
Hingga sampailah dirinya dihadapan Rasulullah , kemudian ia berdiri di
hadapan beliau, dan mengabarkan kepada beliau bahwa sesungguhnya ia
telah berzina!!
Wanita tersebut berkata: “Wahai Rasulullah, aku telah melakukan (maksiat
yang mewajibkan adanya) hukuman had (atasku), maka sucikanlah aku!”
Apa yang diperbuat oleh Rasulullah ?!
Apakah beliau meminta persaksian dari para sahabat atas wanita tersebut?
Tidak, bahkan memerahlah wajah beliau hingga hampir-hampir meneteskan
darah. Kemudian beliau mengarahkan wajah beliau ke arah kanan, dan diam,
seakan-akan beliau tidak mendengar sesuatu.
Rasulullah berusaha agar wanita ini mencabut perkataannya, akan tetapi
wanita tersebut adalah wanita yang istimewa, wanita yang shalihah,
wanita yang keimanannya telah menancap di dalam hatinya.
Maka Nabi bersabda kepadanya: “Pergilah, hingga engkau melahirkannya.”
Berlalulah bulan demi bulan, dia mengandung putranya selama 9 bulan, kemudian tibalah masa kelahiran.
Maka pada hari pertama nifasnya, diapun datang dengan membawa anaknya
yang telah diselimuti kain dan berkata: “Wahai Rasulullah, sucikanlah
aku dari dosa zina, inilah dia, aku telah melahirkannya, maka sucikanlah
aku wahai Rasulullah!”
Maka Nabipun melihat kepada anak wanita tersebut, sementara hati beliau
tercabik-cabik karena merasakan sakit dan sedih, dikarenakan beliau
menghidupkan kasih sayang terhadap orang yang berbuat maksiat.
Siapa yang akan menyusui bayi tersebut jika ibunya mati ? Siapakah yang
akan mengurusi keperluannya jika had (hukuman) ditegakkan atas ibunya ?
Maka Nabi bersabda: “Pulanglah, susuilah anakmu, maka jika engkau telah menyapihnya, kembalilah kepadaku.”
Maka wanita itupun pergi ke rumah keluarganya, dia susui anaknya, dan
tidaklah bertambah keimanannya di dalam hatinya kecuali keteguhan,
seperti teguhnya gunung. Tahunpun bergulir berganti tahun.
Kemudian wanita itu datang dengan membawa anaknya yang sedang memegang roti.
Dia berkata: “Wahai Rasulullah, aku telah menyapihnya, maka sucikanlah aku!”
Dia dan keadaannya sungguh sangat menakjubkan! Iman yang bagaimanakah
yang membuatnya berbuat demikian. Tiga tahun lebih atau kurang, yang
demikian tidaklah menambahnya kecuali kekuatan iman.
Nabi mengambil anaknya, seakan-akan beliau membelah hati wanita tersebut
dari antara kedua lambungnya. Akan tetapi ini adalah perintah Allah,
keadilan langit, kebenaran yang dengannya kehidupan akan tegak.
Nabi bersabda: “Siapa yang mengkafil (mengurusi) anak ini, maka ia
adalah temanku di sorga seperti ini…” Kemudian beliau memerintahkan agar
wanita tersebut dirajam.
Dalam sebuah riwayat bahwa Nabi memerintahkan agar wanita itu dirajam,
kemudian beliau menshalatinya. Maka berkatalah Umar : “Anda
menshalatinya wahai Nabi Allah, sungguh dia telah berzina.” Maka beliau
bersabda:
“Sungguh dia telah bertaubat dengan satu taubat, seandainya taubatnya
itu dibagikan kepada 70 orang dari penduduk Madinah, maka taubat itu
akan mencukupinya. Apakah engkau mendapati sebuah taubat yang lebih
utama dari pengorbanan dirinya untuk Allah ?” (HR. Ahmad)
Sesungguhnya ini adalah rasa takut kepada Allah. Sesungguhnya itu adalah
perasaan takut yang terus menerus berada pada diri wanita mukminah
tersebut saat dia terjerumus ke dalam jerat-jerat syetan, dia menjawab
jerat-jerat tersebut pada saat lemah.
Ya, dia telah berbuat dosa, akan tetapi dia berdiri dari dosanya dengan
hati yang dipenuhi oleh iman, dan jiwa yang digerakkan oleh panasnya
maksiat. Ya, dia telah berdosa, akan tetapi telah tegak pada hatinya
tempat pengagungan terhadap Dzat yang dia bermaksiat kepada-Nya.
Sesungguhnya ini adalah taubat sejati wahai hamba-hamba Allah.
Dan yaa...inilah taubat nashuha duhai sahabatku....inilah taubat nashuha....
Wallahu a'lam bi showab.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar