Total Tayangan Halaman

Kamis, 13 Februari 2014

La Linafyil Jinsi


La Linafyil Jinsi
OLEH: ZAINAL MUSTOFA AL-FAQIER (SANTRI MBELING)
PONDOK PESANTREN MIFTAKHUL MUBTADI’IEN KEPEL-AMPEL-WULUHAN-JEMBER-JAWATIMUR

A. PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Perlu kita ketahui bahwa dalam Al Qur’an yang digunakan adalah bahasa arab. Dan setiaporang yang beragama wajibnya orang islam pasti perlu mempelajari Al Qur’an yang berbasis arab. Dan tak ada yang mampu memungkiri bahwa membaca Al Qur’an dan hadits-hadits itu perlu dengan tata cara membacanya.
Oleh karena itu para ulama’ berhujjah tentang pengertian ilmu nahwu. Karena bagi mereka mempelajari Al Qur’an dan hukum-hukumnya itu fardlu ‘ain. Maka dari itu dalam kesempatan kali ini penulis akan menerangkan sedikit tentang berbagai pembahasan ilmu nahwu yang diantaranya adalah tentangلا لنفى الجنس mengenai pembahasan tersebut penulis akan mengungkap secara singkat pada bab berikutnya.
  1. Tujuan Penulis
Dalam pembahasan kali ini penulis bertujuan :
1) Agar pembaca mengerti tentang pengertian لا لنفى الجنس
2) Agar pembaca mengerti tentang hukum-hukum لا لنفى الجنس
3) Agar pembaca lebih nyaman dalam mempelajari ilmu nahwu
B. PEMBAHASAN
Pengamalan dari لا لنفى الجنس   
مفردة جاءتك او مكررة Ì عمل ان اجعل بلأ فى نكرة
Kesepakatan dari beberapa ulama’ لا لنفى الجنس itu pengamalannya seperti ان yakni تنصب الاسم وترفع الخبر (menasobkan isim dan merafa’kan khobar)
seperti contoh : لارجل فى الدار
Ada juga la yang bukan linafssi jinsiyang pengamalannya seperti ليس ya’ni bukan menafi’kan jenis tapi hanya untuk menafi’kan suatu bilangan saja
contoh : لارجل فى الدار (tidak ada laki-laki di rumah)
Tidak ada mEnafi’kan total karena kemungkinan bisa di ikuti بل رجلان (tapi dua laki-laki) syaratnya yaitu menafi’kan jenis, isim dan khobarnya berupa isim nakiroh antara لاdan isimnya sambung dan لاtidak di jerkan.
Adapun model dari isimnya لا  yaitu
1.Mufrod (tidak mudhof atau syibih mudhof)
Tapi bila لا yang di ulang-ulang maka boelh wajah 5 yakni
  1. Yang pertama di fathah yang kedua dirafa’
nahwu : لاحول ولاقوة
  1. Yang pertama di fathah, yan kedua nasob
nahwu : لاحول ولاقوة
  1. Yang pertama di fathah, yang kedua mabni fathah
nahwu : لاحول ولاقوة
  1. Yang pertama rafa’ dan yang kedua rafa’
nahwu : لاحول ولاقوة
  1. Yang pertama rafa’ yang kedua mabni fathah
nahwu : لاحول ولاقوة
  1. Mudhof/ syibih mudhof itu hukumnya di baca nasob
Tapi bila di ulang-ulang maka boleh wajah dua :
1) اعمال(beramal) nahwu :حاضر لا غلام رجل ولا غلام امرأة
2) الفاء (tidak beramal) nahwu : لا غلام رجل ولا غلام امرأة
3) hukum na’at pada لا لنفى الجنس
فافتح اوانصبن اوارفع تعدل Ì ومفردا نعتا لمبن يل
Jika terdapat mufrod sebagai na’at dan bersandingan lansung denganلاbersama isimnya yang mufrod misalnya لا رجل maka pada na’at itu di hukumi fathah atau menasobkan dan atau marafa’kan.
jika dilakukan termasuk benar.
nahwu : لارجل ظريفا فى الدار
لارجل ظريفا فى الدار         
لارجل ظريفا فى الدار
kalimat ظريفا sebagai na’at mufrod, kita bisa mengi’robi hingga 3 cara.
  1. Hukum isim yang di athofkan pada isimnya
له بما للنصب دل الفصل انتمÌ والعطف ان لم شكرر لا احكم
Isim yang di athofkan pada isimnya لا yang mabni fathah (karena berupa mufrod) itu dihukumi nasob dan rafa’saja. Jika tanpa mengulang-ngulangi لا, baik yang di athofkan itu mufrod mudhof atau yang menyeruapai mudhof. Mudhof :
  1. Yang berupa mufrod
لاتاميذ وأستاذا / وأستاذا حاضرنهما
(tidak ada satupun murid dan bapak guru hadir di sini)
  1. Yang berupa mudhof
لامفكر و صاحب علم / و صاحب علم فى الشوق
(tak ada seorangpun ahli ahli fakir dan yang berilmu itu di pasar)
  1. Tidak menyerupai mudhof
لا استاداوراغبا في الحير فى الميدان
(tidak ada seorangpun guru dan pecinta ilmu itu berada di alun-alun)
  1. Hukum membuang khobar لا لنفى الجنس
اذالمراد مع سقوطه ظهرÌ و شاع فى دالباب اسقاط الحبر
Dalam hukum membuang khobar ini masih khilaf. Banyak yang mengatakan khobar yang sudah jelas itu banyak yang di buang. Bahkan menurut bani tamim dan orang thoyyik itu wajib di buang
Contoh             لاحول ولا قوة الا اللهtakdirnya لاحول لنا ولا قوة لنا الا الله
لاإ اله الا الله takdirnya لاإ اله معبود الا الله
Tapi di kitab lain mengatakan khobar itu harus di sebutkan seperti semisal di tanyaهل من رجل قائم kita sah menjawab لا رجل dengan demikian لا رجل tanpa khobar, dan apa yang dimaksudkan jelas. Ini beda, jika khobar di buang hal yang di maksudkan lantas tidak jelas karena tidak teradapat petunjuk pada yang demikian, khobar harus di sebutkan.
C. PENUTUP
1.Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat di simpulkan sebagai berikut :
لا لنفى الجنس pengamalannya seperti ان yaitu تنصب الاسم وترفع الخبر (menasobkan isim dan merfa’kan khobar)
contoh : لارجل فى الدار
Model dari isimnyaلا  ada dua dan masing-masing sudah dijelskan di atas.
Hukumnya na’at pada لا لنفى الجنس itu dihukumi fathah atau menasobkan dan atau merafa’kan. Salah satu contoh :
لارجل ظريفا فى الدار
Dan hukum-hukum isim yang di athofkan pada isimnyaلا yang mabni fathah itu di hukumi nasob. Dan rafa’ saja.
Yang terakhir yakni hukum membuang khobar. Dalam membuang khobar ini ada perselisihan. Dalam Kitab Alfiyah Ibnu Malik itu wajib di buang tapi menurut kitab khazanah andalus khobar harus disebutkan.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Fiyah Ibnu Malik
Kitab ibnul Aqiel sarah Alfiyah ibnu malik.
Kitab Al-jami Al-durus Al-Arobiyah.
Kitab khazanah Al-Andalusi.

WALLAHU A'LAM BI SHOWAB...SEMOGA BERMANFA'AT

Jumat, 07 Februari 2014

mukhasabah untuk kita semua ummat muslim




Assalamu alikum sahabat dan saudaraku semuanya seiman dan se aqidah dimanapun berada yang saya cintai…

ان الحمد لله الذى أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله. أرسله
بشيرا ونذيرا وداعيا الى الله باذنه وسراجا منيرا. أشهد ان لا اله الا الله
وحده لا شريك له. شهادة اعدها للقائه ذخرأ. واشهد ان محمدا عبده و رسوله. ارفع
البرية قدرا. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه وسلم
تسليما كثيرا. أما بعد. فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم
مسلمون.

Mari kita mengingat dan ta’amul serta Tafakur dengan pesan baginda nabi kita Rosulullah muhammad saw kepada seluruh umatnya,terutama kita yang hidup di masa sekarang ini.agar kita tdk mnjadi umat yang mengeras hatinya dan tidak mau menerima Hidayah karena hati dan pikiran kita yang di penuhi dengan Kecintaan trhadap dunia yang berlebihan,sehingga kita lupa bahwa kita punyai tugas dan kewajiban sebagai ummat muhammad yang bukan haya di perintahkan untuk mengikuti syari’atnya saja melainkan juga untuk meneruskan Da’wah dan perjuangan beliau,kita harus ingat bahwa kita telah di jadikan sebagai (Khoiru ummah) sebaik baik ummat namun juga harus sadar bahwa di balik setatus yang kita sandang ini ada tanggung jawab yang besar.
Saudara dan sahabatku semua yang saya cintai….bukankah Beliau baginda nabi pernah bersabda…
Akan datang kepada manusia suatu waktu yang mana perhatian utama mereka
terletak pada kepentingan perutnya, kebanggaan mereka adalah
harta-bendanya, qiblatnya adalah para wanitanya dan agama mereka adalah
uang-uangnya (dirham dandinar). Mereka itulah makhluk yang paling buruk
yang tidak ada tempat di sisi-Nya. (HR. As-Sulami).
Ikhwanul muslimin Rahimakumullah
Marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah swt, marilah kita
kurangi secara perlahan beberapa kebiasaan-kebiasaan buruk kita dan kita
tambahi amal saleh yang biasa telah kita lakukan. Semoga yang demikian ini
dapat menyelamatkan kita dan agama Islam ini dari kerusakan yang selalu
mengancam di sekitar kita.

Ikhwanul muslimin yang dirahmati Allah
Dalam tulisan saya kali ini, saya hendak mengajak kita semua untuk
berangan-angan dengan beberapa hadits Rasulullah saw yang terasa sangat
kontekstual sekali dibicarakan saat ini. Khususnya di Indonesia dan
kota-kota besarnya yang tersebar dari ujung Merauke hingga pulau rote.

Sebuah hadits rasulullah saw berbunyi:
يأتى على الناس زمان همتهم بطونهم وشرفهم متاعهم وقبلتهم نساءهم ودينهم
دراهيمهم ودنانيرهم أولئك شر الخلق لا خلاق لهم عند الله (رواه السلمى عن على
رضي الله عنه)
Akan datang kepada manusia suatu waktu yang mana perhatian utama mereka
terletak pada kepentingan perutnya, kebanggaan mereka adalah
harta-bendanya, qiblatnya adalah para wanitanya dan agama mereka adalah
uang-uangnya (dirham dandinar). Mereka itulah makhluk yang paling buruk
yang tidak ada tempat di sisi-Nya.
Bagaimanakah saudara-saudara kita memahami hadits tersebut. adakah yang
kurang memahaminya? Saya rasa inilah saatnya kita meraba diri kita sendiri.
Mengukur hati kecil kita, apakah benar praduga Rasulullah saw itu kini
telah terjadi….????
Saya rasa benar apa yang dikatakan Rasulullah saw itu di masa globalisasi
ini seolah tidak ada orang yang tidak mementingkan urusan perutnya menjadi
yang utama. Bagaimana pekerjaan hanya menjadi tujuan untuk menumpuk harta
benda guna menjaga stabilitas urusan perut semata. Kalau perlu kebutuhan
itu dipersiapkan jauh-jauh masa.
Perhatikan wahai saudara-saudara bagaimana Allah swt mencipta manusia
dengan diperlengkapi sepasang tangannya. Tangan sebagai alat untuk
menyimpan dan menyembunyikan berbagai bahan makanan demi kepuasan di masa
depan. Hanya manusia yang memahami hal ini. Hanya manusia yang mengerti
cara menabung dan menyelamatkan aset kebutuhan masa yang akan datang. Hanya
manusia yang memiliki kekhawatiran mengenai rizqi esok hari. Takut kalau
tidak kebagian, takut kalau tidak mendapatkan.

Hal ini sungguh berbeda dengan kambing ataupun ayam dan juga makhluk
lainnya yang tidak dipersenjatai dengan tangan. Mereka makan untuk saat itu
saja, tidak perlu memikirkan masa depan apa lagi menumpuk kebutuhan pangan.
Sebanyak apapun padi yang ada disawah, burung itu hanya akan makan
seperlunya saja. Burung itu tidak akan terbang sambil membawa tas plastic
guna persediaan esok hari. Mereka cuma makan dengan paruh yang ada. Begitu
juga dengan kambing, sebanyak apapun rumput yang tersedia di pandang
ilalang, kambing hanya makan yang ada di depan. Mereka tidak pernah
memikirkan bagaimana caranya membawa pulang rumput untuk anak, istri di
rumahnya apalagi terpikirkan untuk esok hari. Mereka hanya makan seperlunya
dengan mulut yang dimilikinya.


Ikhwanul muslimin yang dirahmati Allah
Setelah keperluan perut terpenuhi selanjutnya, manusia akan terpeikirkan
bagaimana menjaga gengsi dengan kekayaan yang berlimpah. Rumah mewah,
kendaraan elit dan wanita cantik, menjadi perhiasan istemewa. Kemudian yang
lebih parah dari itu adalah bagaimana gama telah diselengkan tidak sebagai
panduan iman tetapi perhiasan identitas semata. Islam menjadi tredmark
tanpa subtansi, karena agama mereka teleh bergeser kepada uang dan uang.
Maka tidak salah jika sila pertama dari pancasila yang dulunya berbunyi
‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ berubah menjadi ‘Keuangan Yang Maha Kuasa’.

Jika telah demikian keadaannya maka umat Islam telah menuju pada satu titik
lemah yang membahayakan, karena minimnya kesadaran ber-Islam yang benar dan
sungguh-sungguh. Semua perilaku peribadatan dihitung dengan untung rugi,
semuanya dikalkulasi layaknya ilmu ekonomi. Pada saat ini orang islam jauh
lebih ketakutan kehilangan uang dari pada agama, lebih senang hidup berpoya
dan sangat takut kematian, padahal mereka tahu bahwa kematian pasti akan
datang. Kegilaan kepada dunia inilah yang menurunkan kwalitas iman manusia
dan menggiringnya menuju kehancuran Islam sendiri, sebagaimana sabda
Rasulullah saw:
يوشك أن تتداعى عليكم الأمم كما تداعى الأكلة على قصعتها, قيل أ من قلة نحن
يومئذ؟ قال: لا بل أنتم كثير ولكنكم غثاء كغثاء السيل ولينزعن الله من صدور
عدوكم المهابة وليقذفن فى قلوبكم الوهن, قيل: وما الوهن؟ قال حب الدنيا
وكراهية الموت
Akan datang suatu masa dimana bangsa mengeroyok kalia seperti orang rakus
merebutkan makanan di atas meja, ditayakan (kepada Rasulullah saw) apakah
karena saat itu jumlah kita sedikit? Jawab Rasulullah saw: tidak, bahkan
kamu saat itu adalah mayoritas, tetapi kamu seperti buih di atas permukaan
banjir, hanya mengikuti kemana arah arus mengalir. Sungguh pada saat itu
Allah telah mencabut rasa takut dari dada musuh-musuh kamu, dan
mencampakkan di dalam hatimu al-wahn. Ditanyakan kemudian kepada Rasulullah
saw apakah wahn itu? Rasul menjawab al-wahn adalah cinta dunia dan benci
mati.

Ikhwanul muslimin yang saya cintai…
Jelas dalam hadits itu Rasulullah saw menyebutkan bahwa keberadaan orang
Islam saat itu sungguh banyaknya, diibaratkan bagaikan buih di lautan.
Namun demikian, di balik jumlah yang begitu besar Allah telah mencabut rasa
takut dari musuh-musuh kita. mereka hanya mentertawakan kita, karena
kondisi kita tidak berdaya seperti hidangan di atas meja yang siap disantap.
Bagaimana bisa demikian? Sekali lagi karena orang muslim kala itu ibarat
buih dilautan terombang-ambing tanpa pedoman. Mari kita lihat bersama
dimana kelemahan kita. Jawabnya terletak dalam hadits sebelumnya yang
diatas. Ketika dunia dan harta menguasai hati umat Islam. keinginan untuk
menjadi kaya dan konsumerisme yang tinggi.

Hal ini dalam dunia ekonomi sama artinya kita berkata umat muslim dengan
cintanya pada harta dan senangnya berfoya-foya. Rajinnya keluar-masuk pasar
dan mall menunjukkan konsumerisme yang tinggi. Umat muslim yang jumlahnya
amat banyak seperti buih di lautan hanya menjadi konsumen yang selalu
melahap apapun yang dijual oleh produsennya. Tidak hanya sekedar konsumen
material tapi juga konsumen cultural.

Umat Islam telah menjadi pelanggan berbagai produk, tanpa mampu menjadi
produsen. Hanya menjadi pembeli tidak pernah menjadi penjual. Umat muslim
yang banyak itu hanya bisa menentukan pilihan dan tidak mampu menentukan
harga. Saat inilah musuh-musuh kita, hanya akan menertawakan kita. mereka
pikir apapun yang mereka jual kepada umat muslim pasti akan laku. Karena
umat Islam sudah jauh dari pegangan hidup, tidak kenal lagi zuhud yang ada
adalah gengsi dan gengsi.

Marilah kita cermati, apa yang tidak laku di Indonesia. Blackberry, 3G,
Android, I Pad, I Phone dan apalagi sekedar Hand Phone. Di luar negeri
umumnya orang itu mempunyai HP hanya satu, tapi di sekitar kita umat muslim
Indonesia, orang mempunyai HP lebih dari satu. Demikian juga dengan mobil
dan rumah. Semakin kaya seseorang semakin berlipat pula barang yang
dimilikinya. Kepemilikan kini tidak lagi berdasar pada kebutuhan tapi pada
kesenangan dan nilai gengsi yang tinggi.

Lantas bagaimanakah seharusnya hidup ini? Apakah akan kita biarkan zaman
yang terus bergerak menuju kehancuran umat Islam? Insyaallah dengan niatan
yang teguh, marilah kita belajar hidup dengan sederhana. Menjadi muslim
yang sederhana, berfikir yang sederhana dan bertindak yang sederhana.
Janganlah terlalu tergiur dengan dunia. Semampu tenaga memagari diri dengan
menahan nafsu. Ingatlah firman Allah swt:
فلاتغرنكم الحياة الدنيا ولايغرنكم بالله الغرور

Janganlah sekali-kali hidup di dunia ini memperdayakanmu dan jangan pula
syaitan memperdayakan kamu dalam manta’ati Allah.

Semoga bermanfa’at…wallahu a’lam bi showab….

Perseteruan Ideologis dalam tubuh NU




Perseteruan
Ideologis dalam tubuh NU

Oleh: (Fafa A-lfaqier)
[kajianilmiahfafaabunawas.blogspot.com]

Di balik insiden Oleh Oknum Banser
dan perusakan mobil yang
menimpa Ketua DPD FPI Jawa
Tengah, KH Syihabuddin di
Wonosobo beberapa waktu
lalu, yang diindikasikan
dilakukan oleh sekelompok
massa beratribut Banser,
menguak ketegangan yang
masih berlangsung seiring
upaya kaum Liberalis-Pluralis
mengukuhkan dominasinya
dalam tubuh NU.

Ketika mengisi pengajian
Maulid di Desa Bowongso,
Kecamatan Kalikajar,
Kabupaten Wonosobo, Kyai
Syihab menyinggung
keberadaan Banser yang
turut serta dalam
pengamanan Natal di gereja-
gereja dan tempat maksiat di
Bandungan pada bulan
Ramadhan yang lalu. Bukan
hanya isi ceramah yang
menyulut emosi pihak-pihak
yang tersinggung, tetapi
sebenarnya di balik itu telah
ada perseteruan ideologis
yang panjang pada akar
rumput Nahdliyin, antara kaum
Liberalis vis mereka yang
mempertahankan sikap fanatik
dalam beragama.

NU hingga era 70-an, tampak
seperti benteng yang kukuh
dalam menghadapi arus
sekulerisme. Dalam perspektif
waktu itu terlihat seperti
tidak mungkin ideologi
sekularisme dan liberalisme
akan begitu saja masuk ke
tubuh NU dengan mudah.
Dalam perspektif waktu itu
resistensi NU terhadap
sekularisme seolah tampak
sama kuatnya dengan
resistensi terhadap isu Wahabi
atau isu pembaharuan Islam,
bahkan modernisasi dalam
berbagai aspeknya masih sulit
diterima di NU. Tetapi
kemudian bibit-bibit ideologi
sepilis ternyata bisa juga
tumbuh subur pada kolotnya
lahan tandus NU yang
sebelumnya sangat tertutup,
bahkan saat ini mungkin telah
menjadi mainstream, sungguh
di luar dugaan.

Jika saat ini pemikiran
sekulerisme, pluralisme,
liberalisme, baik yang
disampaikan secara vulgar
seperti keberadaan JIL, atau
yang dikemas lebih halus dan
terselubung agar lebih
diterima di akar rumput
Nahdliyin, dalam bentuk
seperti Islam moderat atau
rahmatan lilalamin sudah
sangat kuat tertancapkan
dominasinya di NU, didukung
masifnya infiltrasi budaya pop
dan westernisme yang
memporak-porandakan kultur
Nahdliyin, tetap tidak
memadamkan sepenuhnya
perlawanan terhadap upaya-
upaya itu dari dalam Nahdliyin
sendiri.

Meski juga tidak semata-mata
keberhasilan penuh upaya
memasukkan ideologi sepilis ke
akar rumput NU, tetapi juga
pada kemampuan mereka
menjadikan kebanyakan akar
rumput NU sebagai silent
majority, yang tidak memiliki
pilihan lain dan tenggelam
dalam arus kuat opini yang
dinamakan sebagai Islam
moderat. Sebagaimana halnya
kuatnya opini mengagungkan
Gus Dur pada kalangan yang
sebenarnya tidak paham
pemikiran Gus Dur tentang
pluralisme dengan utuh.

Sekelompok kecil dalam
komunitas NU, tanpa takut
mendapatkan stigma radikal-
fundamentalis, bertahan
menyuarakan perlawanan.
Bersuara tentang berbagai
hal yang kontra dengan opini
Islam moderat dan rahmatan
lil alamin versi kaum Sepilis,
dari persoalan keseharian
yang ada di masyarakat
seperti penyakit masyarakat,
miras, perjudian dan
prostitusi, hingga isu yang
lebih besar seperti upaya
penegakan syariat.

Namun yang sebenarnya perlu
dicermati lebih lanjut adalah
efektifitas perlawanan
tersebut dalam membentengi
akar rumput Nahdliyin dari
infiltrasi paham sepilis lebih
jauh. Infiltrasi ideologi sepilis
didukung sepenuhnya dengan
berbagai sarana, penguasaan
struktur, media massa,
kekuatan intelektual, opini
dan budaya. Ketika upaya
sistematis kaum Sepilis ini
dihadapi dengan sikap
emosional belaka bisa menjadi
sesuatu yang kontraproduktif.

Sekelompok kecil komunitas
Nahdliyin yang berkoar-koar
pada panggung pengajian di
kampung-kampung,
menyuarakan kebatilan yang
memang nyata terjadi,
berbuah risiko tindak
kekerasan dari pihak-pihak
yang merasa tersinggung.
Kekerasan dari pihak yang
selama ini menyuarakan
toleransi, anti kekerasan,
perlindungan terhadap umat
lain dan aliran-aliran sempalan
seperti Ahmadiyah.

Tetapi ada yang lebih penting
dari hal itu, sikap emosional
tersebut menjadi
kontraproduktif dalam perang
opini yang memperebutkan
akar rumput Nahdliyin.
Menjauhkan akar rumput
Nahdliyin dari komunitas yang
diberi label sebagai radikal-
fundamentalis tersebut,
sekaligus memberi peluang
kepada kaum Sepilis
menancapkan pengaruh
mereka lebih jauh. Betapa
dakwah ini juga memerlukan
upaya yang sistematis dan
komprehensif.

Keberhasilan infiltrasi paham
sepilis pada ormas Islam
seperti NU dan Muhammadiyah
hendaknya menjadi sebuah
pembelajaran yang
menumbuhkan sikap
kebersamaan dan
kewaspadaan pada umat ini.
Bukan tidak mungkin aset-
aset umat yang lain seperti
MUI, DDII, FUI, HTI dan
sebagainya suatu saat akan
tertimpa infiltrasi serupa dari
arus deras liberalisme dan
pluralisme.
Maka alternatif yang harus di pilih bagi umat islam sekarang untuk menyelamatkan Aqidah dan keutuhan syari’at islam tidak ada lain kecuali menghindari Fanatisme buta,atau yang lebih jelasnya jangan Taklid MICEK…’’ harus bisa bedakan mana teman mana lawan,mana sejatinya saudara yang harus di bela dan musuh yang harus di lawan.
Semga ini bisa menjadi bahan Mukhasabah/intropeksi untuk kita masing2 pihak agar menjadi umat yang cerdas dan umat yang selamat dunia akhirat.
Wallahu a’lam bishowab….