Amar Ma'ruf Nahi Munkar, Tugas dan Kewajiban Setiap Muslim
OLEH:
(Zainal mustofa Al-faqier Al-khaqier )
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ:
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. اللهم صَل عَلَى مُحَمدٍ، وَعَلَى أله وَصَحْبِهِ وَسَلمْ.
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. اللهم صَل عَلَى مُحَمدٍ، وَعَلَى أله وَصَحْبِهِ وَسَلمْ.
IKHWAN FILLAH Rahimakumullah
Di Bulan yang penuh berkah ini, mari kita menghadapkan hati kita kepada
Allah, membuka hati dan pikiran untuk sejenak menyimak nasehat yang kita harapkan dapat menambahkan ketakwaan kita kepada Allah
Subhanahu Wata’ala.
IKHWAN FILLAH Rahimakumullah
Jika
kita perhatikan dan kita melihat secara sepintas saja, apa yang
terjadi saat ini di tengah masyarakat Muslimin, maka kita akan
mendapatkan fenomena yang seharusnya menjadikan kita semua prihatin
akan umat ini. Ini mesti kita lakukan, agar kita mawas diri dan
berusaha menjadikan diri kita tidak termasuk golongan mereka yang telah
melampaui batas.
Sekian
banyak bentuk kesyirikan, kezhaliman, kejahatan, kemaksiatan yang
dengan begitu mudah kita temukan di sekitar kita. Contohnya praktek PROSTITUSI'' MINUMAN KERAS,PERJUDIAN sudah menjadi suatu yang biasa depan mata kita.
para pelaku maksiat
yang jelas-jelas melakukan praktek penentangan terhadap perintah allah dianggap sebagai hal yg biasa. Contoh lain
di antara kaum Muslimin sudah tidak bisa lagi menghargai nyawa
seseorang, tidak bisa menghargai harta orang lain, dan bahkan tidak
bisa menghargai kehormatan manusia. Padahal itu semua telah dilindungi
oleh Islam, dan tidak boleh diganggu. Semua itu terjadi karena mereka
telah meninggalkan Agama yang hanif ini, menuruti hawa nafsu, terpedaya
dan tertipu oleh bujuk rayu setan serta gemerlapnya kehidupan dunia.
Di
sisi lain di antara kaum Muslimin tidak lagi memiliki rasa empati dan
kepedulian terhadap saudaranya sesama Muslim, tidak peduli dengan
kejadian dan kondisi yang ada, sehingga segala bentuk kemungkaran
semakin hari tumbuh subur, dan sebaliknya segala bentuk kebaikan mulai
terkikis dan asing dihadapan manusia. Orang-orang yang ingin selalu
konsisten dan istiqamah menjalankan Agama dengan benar menjadi asing di
tengah masyarakatnya. Sikap keIslaman yang baik terkesan batil dan
begitu juga sebaliknya. Yang sunnah dan sesuai dengan contoh Rasulullah
dianggap sebagai sikap beragama yang ekstrim, dan sebaliknya yang
bid’ah dianggap sebagai jalan kebenaran sejati.
Semua
itu adalah karena yang menjadi tolak ukur beragama adalah perasaan dan
keridhaan manusia, bukan keridhaan Allah. Padahal Rasulullah
Sallallahu ‘Alahi Wasallam telah memperingatkan kita semua dari sikap
timpang semacam ini dalam sabda beliau,
مَنِ
الْتَمَسَ رِضَا الله بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ الله مُؤْنَةَ النَّاسِ،
وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ الله وَكَلَهُ الله إِلَى
النَّاسِ.
“Barangsiapa
yang mencari ridha Allah dengan (mengacuhkan) kebencian manusia maka
Allah mencukupkannya dari beban manusia, dan barangsiapa yang mencari
ridha manusia dengan (mengesampingkan) kemurkaan Allah maka Allah akan
menguasakan manusia atas dirinya.” (HR. At-Tirmidzi no. 2414 dan dishahihkan oleh al-Albani).
IKHWAN FILLAH Rahimakumullah
Sebegitu
hebat kemungkaran yang telah dianggap biasa ditengah masyarakat kita,
sampai yang baik menjadi suatu yang dianggap aneh. Orang yang rajin
shalat berjamaah aneh, kaum Muslimah yang mengenakan hijab sesuai
syariat aneh, rajin ketempat-tempat pengajian aneh, laki-laki Muslim
yang memanjangkan jenggot aneh, laki-laki Muslim yang memotong
pakaiannya agar tidak isbal aneh, dan semua yang sebenarnya
adalah tepat sebagaimana yang diridhai Allah, menjadi suatu yang aneh
dan asing. Maka sungguh benar Rasulullah Sallallahu ‘Alahi Wasallam
manakala beliau bersabda,
بَدَأَ
الْإِسْلَامُ غَرِيْبًا وَسَيَعُوْدُ كَمَا بَدَأَ غَرِيْبًا، فَطُوْبَى
لِلْغُرَبَاءِ، الَّذِيْنَ يُصْلِحُوْنَ مَا أَفْسَدَ النَّاسُ مِنْ
بَعْدِيْ مِنْ سُنَّتِيْ .
“Islam
mulanya dianggap aneh (asing) dan akan kembali dianggap asing seperti
semula. Maka kabar gembira yang besar bagi orang-orang yang dianggap
aneh (asing), yaitu, orang-orang yang memperbaiki (menjalankan dengan
baik) perkara-perkara Sunnahku yang telah dirusak setelahku oleh
orang-orang.” (HR. Ahmad dan Muslim).
IKHWAN FILLAH Rahimakumullah
Karenanya,
merupakan tugas dan kewajiban setiap Muslim untuk selalu menjaga
kemurnian Agama, dengan senantiasa menegakkan kebenaran dan mencegah
setiap bentuk kemungkaran. Tentunya kita pernah membaca dan mendengar
permisalan yang pernah disampaikan oleh Rasulullah Sallallahu ‘Alahi
Wasallam, sebagaimana beliau bersabda :
مَثَلُ
الْقَائِمِ عَلَى حُدُوْدِ الله وَالْوَاقِعِ فِيْهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ
اسْتَهَمُوْا عَلَى سَفِيْنَةٍ فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلَاهَا
وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا فَكَانَ الَّذِيْنَ فِي أَسْفَلِهَا إِذَا
اسْتَقَوْا مِنَ الْمَاءِ مَرُّوْا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوْا: لَوْ
أَنَّا خَرَقْنَا فِي نَصِيْبِنَا خَرْقًا وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا؛
فَإِنْ يَتْرُكُوْهُمْ وَمَا أَرَادُوْا هَلَكُوْا جَمِيْعًا وَإِنْ
أَخَذُوْا عَلَى أَيْدِيْهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيْعًا.
“Perumpamaan
orang yang teguh dalam menjalankan hukum-hukum Allah dan orang yang
terjerumus di dalamnya, adalah seperti sekolompok orang yang berada di
dalam sebuah kapal, ada yang mendapatkan tempat di atas melewati
orang-orang yang di atas, dan ada yang memperoleh tempat di bawah.
Sedang yang di bawah jika mereka membutuhkan air minum, mereka harus
naik ke atas, maka mereka berkata: ‘Lebih baik kita melobangi tempat di
bagian kita ini, supaya tidak mengganggu kawan-kawan kita yang di
atas’. Rasulullah bersabda, ‘Maka jika mereka yang di atas membiarkan
mereka, pasti binasalah semua orang yang ada di dalam perahu tersebut,
namun apabila mereka mencegahnya mereka semua akan selamat’.” (HR. Al-Bukhari no. 2493)
IKHWANN FILLAH Rahimakumullah
Jika
kita renungkan dengan dalam perumpamaan agung yang disabdakan oleh
Nabi Sallallahu ‘Alahi Wasallam ini, yaitu seorang hamba Allah yang
paling mengetahui tentang keadaan umatnya, tentang sebab-sebab
kemuliaan dan kerusakan yang akan terjadi pada mereka berdasarkan wahyu
dari Allah Subhanahu Wata’ala, maka kita akan mendapatkan gambaran
yang jelas tentang agungnya keutamaan mengajak orang kepada kebaikan
dan mencegah dari perbuatan jahat dan mungkar, yang kita kenal dalam
istilah Amar Ma`ruf Nahi Munkar.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ
“Kalian
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah.” (Ali Imran:110).
Al-Allamah
As-Sa’di mengomentari ayat ini dengan mengatakan; “Allah Subhanahu
Wata’ala memuji umat ini sebagai umat yang paling baik yang Allah
ciptakan untuk umat manusia. Dan itu, karena Allah menyempurnakan Iman
bagi diri mereka, yang dengan iman itu mereka melaksanakan apa-apa yang
diperintahkan Allah, dan menyempurnakan mereka untuk orang lain dengan
amar ma’ruf dan nahi munkar, yang di sana mencakup mendakwahi manusia
untuk kembali kepada Allah. Dengan inilah maka umat Islam ini adalah
umat terbaik.” Dan sebaliknya Allah melaknat orang-orang yang kafir dari
kalangan Ahli Kitab, karena mereka membiarkan kemungkaran terjadi di
tengah mereka. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,
لُعِنَ
الَّذِينَ كَفَرُوا مِن بَنِى إِسْرَاءِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ
وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوا يَعْتَدُونَ .
كَانُوا لاَيَتَنَاهَوْنَ عَن مُّنكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا
يَفْعَلُونَ
“Telah
dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israil melalui lisan Daud dan Isa
putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu
melampaui batas. Mereka satu sama lain tidak saling melarang tindakan
munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu
mereka perbuat itu.” (Al-Ma`idah: 78-79).
Ini menunjukkan bahwa membiarkan kemungkaran dan kemaksiatan adalah salah satu sifat orang-orang yang dilaknat Allah.
Al-Allamah as-Sa’di rahimhullah berkata, setelah menafsirkan ayat ini,
“Hal
itu (perbuatan mereka yang diam terhadap kemungkaran) menunjukkan
sikap meremehkan perintah Allah, dan bahwasanya berbuat maksiat
kepadaNya adalah suatu yang ringan bagi mereka. Seandainya mereka
memiliki rasa pengagungan kepada Rabb mereka, niscaya mereka tidak akan
menabrak apa-apa yang diharamkan Allah, dan niscaya mereka akan marah
terhadap apa yang dimurkai Allah. Dan sesungguhnya diam terhadap
kemungkaran -padahal mampu untuk merubahnya- adalah sikap yang
mendatangkan hukuman; karena mendiamkan kemungkaran akan menimbulkan
kerusakan-kerusakan yang besar:
Di antaranya : Itu menunjukkan sikap meremehkan dan menganggap enteng kemaksiatan.
Di antaranya :
Itu akan menumbuhkan keberanian bagi orang-orang yang gemar melakukan
maksiat dan orang-orang fasik untuk semakin berani melakukan maksiat,
bahkan secara terang-terangan.
Di antaranya :
Apabila kemungkaran dibiarkan, maka ilmu Agama akan semakin redup di
tengah masyarakat dan kejahilan justru akan semakin merajalela, karena
apabila kemaksiatan demi kemaksiatan begitu saja dilakukan orang, dan
dibiarkan begitu saja tanpa ada usaha untuk merubahnya, maka masyarakat
yang memang minim dengan ilmu agama akan menganggap itu semua sebagai
suatu yang bukan maksiat.
Di antaranya :
Mendiamkan maksiat boleh jadi akan menyebabkan kemaksiatan menjadi
suatu yang bagus dalam pandangan masyarakat luas, sehingga sebagian
masyarakat akan meniru perbuatan pelaku maksiat karena menganggapnya
sebagai sesuatu yang bagus.” (Dikutip dari Tafsir as-Sa’di secara ringkas dan adaptasi, Ali Imran: 78-79).
IKHWAN FILLAH Rahimakumullah
Karena itu, Amar Ma’ruf Nahi Munkar
adalah kewajiban setiap Muslim yang paling utama, yang akan menjadi
jalan keselamatan dan menghindarkan dari murka Allah, di dunia maupun di
akhirat. Amar Ma’ruf Nahi Munkar harus tegak, dalam segala
sekala sosial; individu, keluarga, masyarakat, nasional bahkan
interna-sional. Kita harus senantiasa ingat bahwa Amar Ma’ruf Nahi Munkar
adalah perintah Allah Subhanahu Wata’ala, yang mana Allah menjanjikan
keberuntungan bagi kita bila ditegakkan. Perhatikan FirmanNya,
وَلْتَكُن
مِّنكُمْ أُمَّةُُ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلاَئِكَ هُمُ
الْمُفْلِحُونَ
“Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung. (Ali Imran: 104).
Lebih
dari itu, amar ma’ruf nahi munkar adalah salah satu di antara
sifat-sifat esensi seorang Mukmin sejati, dan karenanya Allah
menjanjikan rahmat bagi mereka. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,
وَالْمُؤْمِنُونَ
وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ
وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللهَ وَرَسُولَهُ أُوْلاَئِكَ
سَيَرْحَمُهُمُ اللهُ إِنَّ اللهَ عَزِيزٌ حَكِيمُُ
“Dan
orang-orang Mukmin, lelaki dan perempuan, sebagian mereka menjadi
penolong sebagian yang lain, mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf,
mencegah dari yang munkar, mendirikan Shalat, menunaikan Zakat dan
mereka taat kepada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat
oleh Allah; sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (At-Taubah: 71).
IKHWAN FILLAH Rahimakumullah
Kepedulian
kita untuk merubah kemungkaran, adalah salah satu di antara barometer
keimanan kita. Coba kita simak dengan baik sabda Rasulullah Sallallahu
‘Alahi Wasallam berikut ini:
Dari Ibnu Mas’ud radiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
مَا
مِنْ نَبِيٍّ بَعَثَهُ الله فِي أُمَّةٍ قَبْلِيْ إِلَّا كَانَ لَهُ مِنْ
أُمَّتِهِ حَوَارِيُّوْنَ وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُوْنَ بِسُنَّتِهِ
وَيَقْتَدُوْنَ بِأَمْرِهِ، ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ
خُلُوْفٌ يَقُوْلُوْنَ مَا لَا يَفْعَلُوْنَ وَيَفْعَلُوْنَ مَا لَا
يُؤْمَرُوْنَ؛ فَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَمَنْ
جَاهَدَهُمْ بِلِسَانِهِ، فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِقَلْبِهِ،ِ
فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَيْسَ وَرَاءَ ذلك مِنَ الْإِيْمَانِ حَبَّةُ
خَرْدَلٍ.
“Tidaklah
seorang Nabi yang diutus oleh Allah sebelumku, melainkan dari umatnya,
dia memiliki para pembela yang setia dan sahabat-sahabat yang
mengikuti Sunnahnya dan mengikuti perintahnya, kemudian setelah itu
datanglah orang-orang yang mengatakan apa yang tidak mereka perbuat,
dan justru melakukan apa yang tidak diperintahkan kepada mereka. Maka
barangsiapa yang memerangi mereka dengan tangannya, maka dia adalah
seorang Mukmin, barangsiapa yang memerangi mereka dengan lisannya, maka
dia juga seorang Mukmin, dan barangsiapa yang memerangi mereka dengan
hatinya, maka dia juga seorang Mukmin, dan tidak ada iman yang lebih
rendah dari itu meskipun sebesar biji sawi.” (HR. Muslim no. 50).
Kita memohon kepada Allah agar diberi kekuatan bashirah,
kekuatan hati, kekuatan ilmu, kekutan lisan untuk membedakan antara
yang hak dan yang batil, yang ma’ruf dan yang mungkar, kemudian kita
bersama-sama menegakkan yang ma’ruf dan memberantas segala bentuk
kemungkaran dan kebatilan. Dengan harapan semoga Allah menggolongkan
kita sebagai Mukmin sejati, melimpahkan rahmat bagi kita, dan menjadikan
kita sebagai orang-orang yang beruntung.
بَارَكَ
الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَجَعَلَنَا الله مِنَ
الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ. أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ الله لِيْ وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ
الْمُسْلِمِيْنَ
SEMOGA BERMANFA'AT UNTUK YANG MEMBACA KHUSUSNYA YANG MENULISKANYA''
SEMOGA BERMANFA'AT UNTUK YANG MEMBACA KHUSUSNYA YANG MENULISKANYA''
Tidak ada komentar:
Posting Komentar