WAHAI SAUDARAKU MUSLIMIN...'' MARI KITA HAYATI DAN KITA JUJUR TERHADAP REALITA DI ZAMAN INI ISLAM MENJADI BAHAN HUJATAN DAN HINA'AN,BAHKAN BUKAN HANYA DI LAKUKAN ORANG KAFIR TERHADAP KITA MELAINKAN YG LEBIH MENYAKITKAN ADALAH DI LAKUKAN OLEH SAUDARA KITA SENDIRI SESAMA UMAT ISLAM(KAUM MUNAFIQIEN) MAKA DARI ITU JIKA KITA INGIN SELAMAT,MAKA TETAPLAH ISTIQOMAH DAN JANGAN MERASA TAKUT KARENA KITA SEDIKIT...YAQIENLAH BAHWA ALLAH SLLU MENGUJI KITA UNTUK MENJADI HAMBA YANG DI CINTAINYA.
Di zaman ini Sesungguhnya umat islam telah terdampar
di persimpangan jalan, mereka hidup dalam kesengsaraan yang tidak pernah
disaksikan oleh sejarah islam, telah berlalu banyak krisis dan bencana
yang silih berganti. Hal ini dikarenakan umat islam sekarang berada pada
kondisi yang lemah dan jauh dari syariat Allah Ta’ala yang
kokoh. Akibatnya kita dapatkan kaum muslimin sekarang kehilangan
sebagian negeri atau harta mereka. Mereka hidup dalam keadaan bimbang,
keguncangan, ketakutan dan rasa was-was.
Islam datang pada masa jahiliyah dalam
keadaan asing, dan telah datang masanya di mana islam saat ini dirasakan
asing oleh pemeluknya. Sungguh benar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya, “Sesungguhnya
Islam dimulai dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana
awalnya, maka thuuba (beruntunglah) orang-orang yang asing” (HR Muslim).
Makna Asing
Definisi asing dalam hadits di atas
bukanlah mutlak diberikan bagi seorang yang tampil beda di tengah
masyarakatnya. Akan tetapi, asing di sini bermakna seorang muslim yang
melaksanakan syariat Islam dengan benar ketika masyarakat melupakannya.
Ketika ia melaksanakannya, masyarakat di sekitarnya mengingkarinya
bahkan menentangnya. Makna asing di sini dijelaskan dalam hadits lain
bahwasanya mereka adalah, “orang-orang yang berbuat kebajikan ketika
manusia rusak”, dan dalam riwayat lain mereka adalah, “orang-orang
shalih di antara banyaknya orang-orang yang buruk, orang yang
menyelisihi mereka lebih banyak dari yang mentaati mereka”.
Makna Thuuba
Thuuba dalam hadits di atas
ditafsirkan secara berbeda, sebagian ulama menafsirkannya dengan nama
pohon di surga, sebagian mengatakan ia adalah kebaikan yang banyak,
sebagian mengatakan ia adalah surga. Akan tetapi, semua makna tersebut
adalah benar. Seorang muslim yang teguh di atas agamanya, berpegang pada
tuntunan Nabinya yang suci di saat manusia sudah melupakan tuntunan
tersebut, walaupun dia dicela, dihina, diasingkan karena melaksanakan
agama Allah maka Dia akan menyiapkan baginya kebaikan yang sangat
banyak.
Ahlussunnah adalah Kelompok Terasing
Ahlus Sunnah adalah orang-orang yang
menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah dalam seluruh perkara, baik dalam
ibadah, perilaku, dan dalam segala bidang kehidupannya. Oleh karena itu,
biasanya mereka menjadi orang-orang yang dipandang asing di tengah
masyarakatnya dikarenakan mereka menghidupkan sunnah yang sebelumnya
belum dikenal atau mereka menyelisihi adat istiadat setempat yang
berseberangan dengan syari’at. Maka Ahlus Sunnah adalah kelompok
terasing.
Para ulama biasa mensifati Ahlus Sunnah dengan keterasingan dan jumlah yang sedikit. Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata kepada sahabat-sahabat beliau, “Wahai Ahlus Sunnah, lemah lembutlah kalian semoga Allah Ta’ala
merahmati kalian, karena kalian termasuk orang-orang yang paling
sedikit”. Yunus bin Ubaid rahimahullah berkata, ”Tidak ada satupun yang
lebih asing dari As-Sunnah dan orang yang mengenalnya”. Sufyan
At-Tsauriy rahimahullah berkata, ”Berbuat baiklah kepada Ahlus Sunnah karena mereka adalah orang-orang asing”.
Sunnah yang dimaksudkan di atas bukanlah
sebagaimana pengertian menurut ulama fiqh, yaitu sesuatu yang apabila
dikerjakan mendapatkan pahala dan apabila ditinggalkan tidak mendapat
dosa. Namun yang dimaksud para ulama di atas dengan sunnah adalah jalan
hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beragama. Itulah jalan yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan para sahabatnya berada di atasnya yaitu jalan yang terbebas dari
segala bentuk syubhat (virus pemikiran) dan syahwat (virus menginginkan
hal-hal yang Allah larang). Jadi tepatlah pengertian Ahlus Sunnah yang
dikatakan Al-Fudhail bin Iyaadh yaitu mereka adalah orang yang mengerti
tentang barang-barang halal apa saja yang masuk ke perutnya. Karena
memakan barang-barang yang halal merupakan perkara sunnah paling penting
yang dipegangi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.
Keterasingan Islam Saat Ini
Saudaraku, saat ini telah terlihat bagaimana kebenaran sabda Nabi shalllahu ’alaihi wa sallam
di atas. Kaum muslimin saat ini yang sudah jauh dari agamanya
membolehkan berbagai perkara yang sudah jelas-jelas dilarang oleh Allah
dan Rasul-Nya dan melarang perkara yang Allah dan Rasul-Nya perbolehkan.
Lihatlah contohnya perkara zina yang jelas-jelas dilakukan di depan
umum dan disebarluaskan. Masyarakat malah membiarkan perbuatan ini,
bahkan menyanjungnya pelakunya karena dia telah mengakui kesalahannya.
Sedangkan orang yang melakukan perbuatan yang jelas-jelas halalnya dalam
syari’at ini yaitu poligami malah dihujat, dicela bahkan dituduh
sebagai orang yang memperturutkan hawa nafsunya, wal’iyudzu billah. Inilah keterasingan Islam saat ini.
Wahai Dzat yang membolak-bolakkan hati,
tetapkan hati kami diatas agama-Mu, wahai dzat yang memalingkan hati,
palingkan hati kami pada ketaatan kepada-Mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar