PRINSIP DA'WAH
(Oleh: Zainal mustofa Al-faqier Al-khaqier)
Pengertian dan Tujuan Da'wah
Da'wah Secara lughawi berasal dari bahasa Arab, da'wah yang
artinya seruan, panggilan, undangan. Secara istilah, kata da'wah
berarti menyeru atau mengajak manusia untuk melakukan kebaikan dan
menuruti petunjuk, menyuruh berbuat kebajikan dan melarang perbuatan
munkar yang dilarang oleh Allah Swt. dan rasul-Nya agar manusia
mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Syaikh Ali Mahfuzh -murid Syaikh Muhammad Abduh-
sebagai pencetus gagasan dan penyusunan pola ilmiah ilmu da'wah memberi
batasan mengenai da'wah sebagai: "Membangkitkan kesadaran manusia di
atas kebaikan dan bimbingan, menyuruh berbuat ma'ruf dan maencegah dari
perbuatan yang munkar, supaya mereka memperoleh keberuntungan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat."
Da'wah adalah usaha penyebaran pemerataan ajaran agama di samping amar ma'ruf dan nahi munkar. Terhadap umat Islam yang telah melaksanakan risalah Nabi lewat tiga macam metode yang paling pokok yakni da'wah, amar ma'ruf, dan nahi munkar, Allah memberi mereka predikat sebagai umat yang berbahagia atau umat yang menang .
Adapun mengenai tujuan da'wah, yaitu: pertama,
mengubah pandangan hidup. Dalam QS. Al Anfal: 24 di sana di siratkan
bahwa yang menjadi maksud dari da'wah adalah menyadarkan manusia akan
arti hidup yang sebenarnya. Hidup bukanlah makan, minum dan tidur saja.
Manusia dituntut untuk mampu memaknai hidup yang dijalaninya.
Kedua, mengeluarkan manusia dari gelap-gulita menuju terang-benderang. Ini diterangkan dalam firman Allah: "Inilah
kitab yang kami turunkan kepadamu untuk mengeluarkan manusia dari gelap
gulita kepada terang-benderang dengan izin Tuhan mereka kepada jalan
yang perkasa, lagi terpuji." (QS. Ibrahim: 1)
Urgensi dan Strategi Amar ma'ruf Nahi munkar
Dalam Al-Qur'an dijumpai lafadz "amar ma'ruf nahi munkar" pada beberapa tempat. Sebagai contoh dalam QS. Ali Imran: 104:
"Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar.
Mereka itulah orang-orang yang beruntung". Hasbi Ash Siddieqy
menafsirkan ayat ini: "Hendaklah ada di antara kamu suatu golongan yang
menyelesaikan urusan dawah, menyuruh ma'ruf (segala yang dipandang baik
oleh syara` dan akal) dan mencegah yang munkar (segala yang dipandang
tidak baik oleh syara` dan akal) mereka itulah orang yang beruntung."
Dalam ayat lain disebutkan "Kalian adalah umat
terbaik yang dilahirkan bagi umat manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf
dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah" (QS. Ali Imran: 110). Lafadz amar ma'ruf dan nahi munkar
tersebut juga bisa ditemukan dalam QS. At Taubah: 71, Al Hajj: 41,
Al-A'raf: 165, Al Maidah: 78-79 serta masih banyak lagi dalam surat yang
lain.
Bila dicermati, ayat-ayat di atas menyiratkan bahwa amar ma'ruf nahi munkar
merupakan perkara yang benar-benar urgen dan harus diimplementasikan
dalam realitas kehidupan masyarakat. Secara global ayat-ayat tersebut
menganjurkan terbentuknya suatu kelompok atau segolongan umat yang
intens mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kejelekan. Kelompok
tersebut bisa berupa sebuah organisasi, badan hukum, partai ataupun
hanya sekedar kumpulan individu-individu yang sevisi. Anjuran tersebut
juga dikuatkan dengan hadits Rasulullah: "Jika kamu melihat umatku takut berkata kepada orang dzhalim, 'Hai dzhalim!', maka ucapkan selamat tinggal untuknya."
Dari ayat-ayat di muka dapat ditangkap bahwa amar ma'ruf dan nahi munkar
merupakan salah satu parameter yang digunakan oleh Allah dalam menilai
kualitas suatu umat. Ketika mengangkat kualitas derajat suatu kaum ke
dalam tingkatan yang tertinggi Allah berfirman: "Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia." Kemudian Allah menjelaskan alasan kebaikan itu pada kelanjutan ayat: "Menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar."
(QS. Ali Imran: 110). Demikian juga dalam mengklasifikasikan suatu umat
ke dalam derajat yang serendah-rendahnya, Allah menggunakan eksistensi amar ma'ruf nahi munkar sebagai parameter utama. Allah Swt. berfirman:
"Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Isra'il melalui lisan Daud
dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan
selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat." (QS. Al Maidah 78-79). Dari sinipun sebenarnya sudah bisa dipahami sejauh mana tingkat urgensitas amar ma'ruf nahi munkar.
Bila kandungan ayat-ayat amar ma'ruf nahi munkar dicermati, -terutama ayat 104 dari QS. Ali Imran- dapat diketahui bahwa lafadz amar ma'ruf dan nahi munkar lebih didahulukan dari lafadz iman, padahal iman adalah sumber dari segala rupa taat. Hal ini dikarenakan amar ma'ruf nahi munkar
adalah bentengnya iman, dan hanya dengannya iman akan terpelihara. Di
samping itu, keimanan adalah perbuatan individual yang akibat
langsungnya hanya kembali kepada diri si pelaku, sedangkan amar ma'ruf nahi munkar
adalah perbuatan yang berdimensi sosial yang dampaknya akan mengenai
seluruh masyarakat dan juga merupakan hak bagi seluruh masyarakat.
Hamka berpendapat bahwa pokok dari amar ma'ruf adalah mentauhidkan Allah, Tuhan semesta alam. Sedangkan pokok dari nahi munkar adalah mencegah syirik kepada Allah. Implementasi amar ma'ruf nahi munkar ini pada dasarnya sejalan dengan pendapat khalayak yang dalam bahasa umumnya disebut dengan public opinion, sebab al ma'ruf adalah apa-apa yang disukai dan diingini oleh khalayak, sedang al munkar adalah segala apa yang tidak diingini oleh khalayak. Namun kelalaian dalam ber-amar ma'ruf
telah memberikan kesempatan bagi timbulnya opini yang salah, sehingga
yang ma'ruf terlihat sebagai kemunkaran dan yang munkar tampak sebagai
hal yang ma'ruf.
Konsisnten dalam ber-amar ma'ruf nahi munkar
adalah sangat penting dan merupakan suatu keharusan, sebab jika
ditinggalkan oleh semua individu dalam sebuah masyarakat akan berakibat
fatal yang ujung-ujungnya berakhir dengan hancurnya sistem dan tatanan
masyarakat itu sendiri. Harus disadari bahwa masyarakat itu layaknya
sebuah bangunan. Jika ada gangguan yang muncul di salah satu bagian, amar ma'ruf nahi munkar harus senantiasa diterapkan sebagai tindakan preventif melawan kerusakan. Mengenai hal ini Rasulullah Saw. memberikan tamsil: "Permisalan
orang-orang yang mematuhi larangan Allah dan yang melanggar, ibarat
suatu kaum yang berundi di dalam kapal. Di antara mereka ada yang di
bawah. Orang-orang yang ada di bawah jika hendak mengambil air harus
melawati orang-orang yang ada di atas meraka. Akhirnya mereka berkata
'Jika kita melubangi kapal bagian kita, niscaya kita tidak akan
mengganggu orang yang di atas kita'. Jika orang yang di atas membiarkan
mereka melubangi kapal, niscaya semua akan binasa. Tetapi jika orang
yang di atas mencegah, maka mereka dan semuannya akan selamat."
Suatu kaum yang senantiasa berpegang teguh pada prinsip ber-amar ma'ruf nahi munkar akan mendapatkan balasan dan pahala dari Allah Swt. yang antara lain berupa:
- Ditinggikan derajatnya ke tingkatan yang setinggi-tingginya (QS. Ali Imran: 110).
- Terhindar dari kebinasaan sebagaimana dibinasakannya Fir'aun beserta orang-orang yang berdiam diri ketika melihat kedzalimannya.
- Mendapatkan pahala berlipat dari Allah sebagaimana sabda Nabi Saw.: "Barangsiapa yang mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya sampai hari kiamat, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun".
- Terhindar dari laknat Allah sebagai mana yang terjadi pada Bani Isra'il karena keengganan mereka dalam mencegah kemunkaran. (QS. Al-Maidah: 78-79).
Secara prinsipil seorang Muslim dituntut untuk tegas
dalam menyampaikan kebenaran dan melarang dari kemunkaran. Rasul Saw.
bersabda: "Barang siapa di antara kamu menjumpai kemunkaran maka
hendaklah ia rubah dengan tangan (kekuasaan)nya, apabila tidak mampu
hendaklah dengan lisannya, dan jika masih belum mampu hendaklah ia
menolak dengan hatinya. Dan (dengan hatinya) itu adalah selemah-lemahnya
iman". Hadits ini memberikan dorongan kepada orang Muslim untuk ber-amar ma'ruf dengan kekuasaan dalam arti kedudukan dan kemampuan fisik dan kemampuan finansial. Amar ma'ruf dan khususnya nahi munkar
minimal diamalkan dengan lisan melalui nasihat yang baik,
ceramah-ceramah, ataupun khutbah-khutbah, sebab semua. Muslim tentunya
tidak ingin bila hanya termasuk di dalam golongan yang lemah imannya.
Da'wah dan amar ma'ruf nahi munkar
dengan metode yang tepat akan menghantarkan dan menyajikan ajaran Islam
secara sempurna. Metode yang di terapkan dalam menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar tersebut sebenarnya akan terus berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat yang dihadapi para da'i. Amar ma'ruf dan nahi munkar tidak bertujuan memperkosa fitrah seseorang untuk tunduk dan senantiasa mengikuti tanpa mengetahui hujjah yang
dipakai, tetapi untuk memberikan koreksi dan membangkitkan kesadaran
dalam diri seseorang akan kesalahan dan kekurangan yang dimiliki.
Ketegasan dalam menyampaikan amar ma'ruf dan nahi munkar bukan berarti menghalalkan cara-cara yang radikal. Implementasinya harus dengan strategi yang halus dan menggunakan metode tadarruj (bertahap) agar tidak menimbulkan permusuhan dan keresahan di masyarakat. Penentuan strategi dan metode amar ma'ruf nahi munkar harus mempertimbangkan kondisi sosial masyarakat yang dihadapi. Jangan sampai hanya karena kesalahan kecil dalam menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar justru mengakibatkan kerusakan dalam satu umat dengan social cost yang tinggi.
Dalam menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar hendaknya memperhatikan beberapa poin yang insya Allah bisa diterapkan dalam berbagai bentuk masyarakat:
- Hendaknya amar ma'ruf nahi munkar dilakukan dengan cara yang ihsan agar tidak berubah menjadi penelanjangan aib dan menyinggung perasaan orang lain. Ingatlah ketika Allah berfirman kepada Musa dan Harun agar berbicara dengan lembut kepada Fir'aun (QS. Thaha: 44).
- Islam adalah agama yang berdimensi individual dan sosial, maka sebelum memperbaiki orang lain seorang Muslim dituntut berintrospeksi dan berbenah diri, sebab cara amar ma'ruf yang baik adalah yang diiringi dengan keteladanan.
- Menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar disandarkan kepada keihklasan karena mengharap ridla Allah, bukan mencari popularitas dan dukungan politik.
- Amar ma'ruf nahi munkar dilakukan menurut Al-Qur'an dan Al-Sunnah, serta diimplementasikan di dalam masyarakat secara berkesinambungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar