Amrodhul Qulub (Pengenalan Penyakit Hati)
21 agustus 2013 pukul 15:20
Mencela seorang muslim itu perbuatan fasiq sedangkan memeranginya adalah perbuatan kufur.(HR.Bukhari dan Muslim)
Janganlah kamu sibuk mencari keburukan orang lain, justru kamu lalai (meneliti) keburukan pada dirimu, sesungguhnya itu dua keburukan.” (Al-Qahthani)
Amrodhul Qulub: Penyakit-penyakit yang berjangkit dalam hati atau jiwa
Apa Itu Ghibah?
Apa itu Ghibah (gossip/nerumpi/mengunjing)? Yaitu, membicarakan keadaan seseorang yang sekiranya keburukan itu sampai ke telinga orang yang dibicarakannya, ia tidak suka. Meskipun yang berghibah itu tidak bermaksud memburukannya. Baik tentang jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, akhlaknya, bentuk lahiriyahnya dan sebagainya. Caranya-pun bermacam-macam, di antaranya membeberkan aib (keburukan/cacat/kekurangan), menirukan gerak tertentu dari orang yang dijelekan dengan maksud mengolok-ngolok dsb.
Jadi yang disebut ghibah/ngerumpi/ngegosip adalah obrolan yang menyangkut diri seseorang, dan obrolan itu jika di dengar oleh orang yang bersangkutan ia marah atau tersinggung. Jadi bisa jadi obrolan ini dianggap biasa-biasa saja saja tanpa maksud apa-apa, tapi orang itu bisa jadi marah!!
Ghibah pun bukan berarti benar atau tidaknya apa yang dibicarakan tapi menyangkut buruknya mulut. Artinya meskipun yang diucapkan itu fakta sebenarnya tapi dengan cara membeberkannya kepada orang lain itulah ghibah. Yang seharusnya aib atau cacat saudara kita itu harus kita sembunyikan karena ada rasa sayang dalam hati. Seperti halnya orang tua yang selalu menyembunyikan aib anaknya atau sebaliknya, ataupun suami istri yang selalu menjaga rahasia keburukan masing-masing.
Apa dosa Ghibah?
Ghîbah adalah haram hukumnya dan jelas sekali dalilnya baik yang terdapat dalam Al-Qur’an, hadist Nabi dan kesepakatan kaum muslimin sendiri. Allah Swt berfirman:
“Allah tidak menyukai ucapan buruk (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui..” (QS. An-Nisa: 148)
“Celakaanlah bagi pengumpat dan pencela.” (QS. Al-Hujurat:12)
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawaban.”(QS. Al-Isra: 17)
Dalam hadist Nabi saw disebutkan:
“Wahai orang yang beriman dengan lisannya yang belum sampai ke dalam hatinya, janganlah kalian mengganggu kaum muslimin, janganlah kalian menjelek-jelekkannya, janganlah kalian mencari-cari aibnya. Barang siapa yang mencari-cari aib saudaranya sesama muslim niscaya Allah akan mencari aibnya. Barang siapa yang Allah cari keburukannya, niscaya Allah akan membeberkan rahasianya meskipun di rumahnya sendiri.” (H.R. Tirmidzi dan lainnya)
Dan masih banyak dalil yang menunjukan bahwa ghibah ini sangat terlarang. Setidaknya yang harus kita waspadai bahwa pahala yang telah susah payah kita tabung selama ini, akhirnya berpindah ke orang yang kita bicarakan. Akhirnya tabungan kita selama ini ludes tidak tersisa alias bangkrut.
Beberapa Sebab Yang Dapat Menimbulkan Ghîbah
Orang yang tidak pernah shalat, tidak mau belajar Islam, tidak mau taubat, tidak menyesal dengan dosa, sudah tidak tahu lagi mana yang benar, dosa menjadi hobinya sehari-hari, sering datang ke Paranormal, percaya ramalan-ramalan, yah mau gimana ! Pastinya sudah tidak aneh lagi kalau berghibah.
Cuman yang berbahaya adalah ketika kita tidak menyadari telah ber-ghibah meskipun ucapan/obrolan ini dalam koridor ketaatan atau ibadah. Seakan-akan ada kebenaran untuk menceritakan orang atau untuk menunjukan bagi yang mendengarnya bahwa ia seorang yang taat atau sangat Islami. Beberapa contoh:
Setelah ghibah, dipastikan akan timbul suu zhan (buruk sangka) setelah itu timbul hasud, kemudian pasti akan terjangkit namimah. Setelah itu timbul penyakit hati lainnya.
Jadi enaknya begini, kalau kita mendengar ceramah agama, pengajian, atau apapun, jangan melihat keadaan orang lain. Tunjukanlah bahwa nasihat atau anjuran itu untuk kita sendiri. Ketika kita mendengar ceramah untuk selalu belajar Al-Qur’an, dan selalu membacanya, merenungkan artinya, tadabbur, berusaha belajar ilmu Al-Qur’an, langsung katakan pada diri sendiri:
“Ya Allah, aku bertaubat, selama ini aku lalai, aku lupa akan Al-Qur’an yang pastinya menjadi pelita dalam dunia akhiratku. Sedangkan orang lain sudah banyak yang mengerti Qur’an sedangkan aku baru sadar sekarang”
Hati menjadi enakan! Pasti dia akan sedih melihat dirinya, pastinya juga dia kan berusaha terus belajar dan belajar Al-Qur’an. Pastilah dia akan bertaubat, dia akan berusaha menjadi lebih baik lagi dari yang kemarin. Dan pastinya dia akan besyukur,
“Ya Allah, Alhamdulilah, Kau telah membuka hatiku untuk belajar Al-Qur’an.”
Berfikirlah ikir Dulu Sebelum Berkata Atau Menulis
“ Iya tuh banyak banget orang yang sudah lupa Al-Qur’an.” atau kata seperti ini
“Gimana tuh di TV banyak ngegosip!! Gimana hukumnya??
Coba kita renungkan, apa bermanfaat atau mendatangkan pahala bicara seperti ini? Apa dengan tiba-tiba Allah kirim SMS bahwa kita mendapat pahala karena bicara seperti ini? yang menunjukan kita lebih unggul dan lebih taat? dengan anggapa orang lain sudah lupa pada Al-Qur’an atau banyak orang senang nonton gosip? Ternyata dengan begitu kita telah terjatuh dalam ghibah dan sekaligus suuz zhan.
Mungkin saja yang kita anggap sudah lupa Al-Qur’an itu ternyata sudah hafal Al-Qur’an… mau bagaimana kita??
Kesimpulan
sukron ...akhi mantab
BalasHapusSumber dari mana kang?
BalasHapus