Assalamu alikum sahabat dan saudaraku semuanya seiman dan se
aqidah dimanapun berada yang saya cintai…
ان الحمد لله الذى أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله.
أرسله
بشيرا ونذيرا وداعيا الى الله باذنه وسراجا منيرا. أشهد ان لا اله الا
الله
وحده لا شريك له. شهادة اعدها للقائه ذخرأ. واشهد ان محمدا عبده و
رسوله. ارفع
البرية قدرا. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه
وسلم
تسليما كثيرا. أما بعد. فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا
وأنتم
مسلمون.
Mari kita mengingat dan ta’amul serta Tafakur dengan pesan
baginda nabi kita Rosulullah muhammad saw kepada seluruh umatnya,terutama kita
yang hidup di masa sekarang ini.agar kita tdk mnjadi umat yang mengeras hatinya
dan tidak mau menerima Hidayah karena hati dan pikiran kita yang di penuhi dengan
Kecintaan trhadap dunia yang berlebihan,sehingga kita lupa bahwa kita punyai
tugas dan kewajiban sebagai ummat muhammad yang bukan haya di perintahkan untuk
mengikuti syari’atnya saja melainkan juga untuk meneruskan Da’wah dan
perjuangan beliau,kita harus ingat bahwa kita telah di jadikan sebagai (Khoiru
ummah) sebaik baik ummat namun juga harus sadar bahwa di balik setatus yang kita
sandang ini ada tanggung jawab yang besar.
Saudara dan sahabatku semua yang saya cintai….bukankah
Beliau baginda nabi pernah bersabda…
Akan datang kepada manusia suatu waktu yang mana perhatian
utama mereka
terletak pada kepentingan perutnya, kebanggaan mereka adalah
harta-bendanya, qiblatnya adalah para wanitanya dan agama
mereka adalah
uang-uangnya (dirham dandinar). Mereka itulah makhluk yang
paling buruk
yang tidak ada tempat di sisi-Nya. (HR. As-Sulami).
Ikhwanul muslimin Rahimakumullah
Marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah swt,
marilah kita
kurangi secara perlahan beberapa kebiasaan-kebiasaan buruk
kita dan kita
tambahi amal saleh yang biasa telah kita lakukan. Semoga
yang demikian ini
dapat menyelamatkan kita dan agama Islam ini dari kerusakan
yang selalu
mengancam di sekitar kita.
Ikhwanul muslimin yang dirahmati Allah
Dalam tulisan saya kali ini, saya hendak mengajak kita semua
untuk
berangan-angan dengan beberapa hadits Rasulullah saw yang
terasa sangat
kontekstual sekali dibicarakan saat ini. Khususnya di
Indonesia dan
kota-kota besarnya yang tersebar dari ujung Merauke hingga
pulau rote.
Sebuah hadits rasulullah saw berbunyi:
يأتى على الناس زمان همتهم بطونهم وشرفهم متاعهم وقبلتهم نساءهم
ودينهم
دراهيمهم ودنانيرهم أولئك شر الخلق لا خلاق لهم عند الله (رواه السلمى
عن على
رضي الله عنه)
Akan datang kepada manusia suatu waktu yang mana perhatian
utama mereka
terletak pada kepentingan perutnya, kebanggaan mereka adalah
harta-bendanya, qiblatnya adalah para wanitanya dan agama
mereka adalah
uang-uangnya (dirham dandinar). Mereka itulah makhluk yang
paling buruk
yang tidak ada tempat di sisi-Nya.
Bagaimanakah saudara-saudara kita memahami hadits tersebut.
adakah yang
kurang memahaminya? Saya rasa inilah saatnya kita meraba
diri kita sendiri.
Mengukur hati kecil kita, apakah benar praduga Rasulullah
saw itu kini
telah terjadi….????
Saya rasa benar apa yang dikatakan Rasulullah saw itu di
masa globalisasi
ini seolah tidak ada orang yang tidak mementingkan urusan
perutnya menjadi
yang utama. Bagaimana pekerjaan hanya menjadi tujuan untuk
menumpuk harta
benda guna menjaga stabilitas urusan perut semata. Kalau
perlu kebutuhan
itu dipersiapkan jauh-jauh masa.
Perhatikan wahai saudara-saudara bagaimana Allah swt
mencipta manusia
dengan diperlengkapi sepasang tangannya. Tangan sebagai alat
untuk
menyimpan dan menyembunyikan berbagai bahan makanan demi
kepuasan di masa
depan. Hanya manusia yang memahami hal ini. Hanya manusia
yang mengerti
cara menabung dan menyelamatkan aset kebutuhan masa yang
akan datang. Hanya
manusia yang memiliki kekhawatiran mengenai rizqi esok hari.
Takut kalau
tidak kebagian, takut kalau tidak mendapatkan.
Hal ini sungguh berbeda dengan kambing ataupun ayam dan juga
makhluk
lainnya yang tidak dipersenjatai dengan tangan. Mereka makan
untuk saat itu
saja, tidak perlu memikirkan masa depan apa lagi menumpuk
kebutuhan pangan.
Sebanyak apapun padi yang ada disawah, burung itu hanya akan
makan
seperlunya saja. Burung itu tidak akan terbang sambil
membawa tas plastic
guna persediaan esok hari. Mereka cuma makan dengan paruh
yang ada. Begitu
juga dengan kambing, sebanyak apapun rumput yang tersedia di
pandang
ilalang, kambing hanya makan yang ada di depan. Mereka tidak
pernah
memikirkan bagaimana caranya membawa pulang rumput untuk
anak, istri di
rumahnya apalagi terpikirkan untuk esok hari. Mereka hanya
makan seperlunya
dengan mulut yang dimilikinya.
Ikhwanul muslimin yang dirahmati Allah
Setelah keperluan perut terpenuhi selanjutnya, manusia akan
terpeikirkan
bagaimana menjaga gengsi dengan kekayaan yang berlimpah.
Rumah mewah,
kendaraan elit dan wanita cantik, menjadi perhiasan
istemewa. Kemudian yang
lebih parah dari itu adalah bagaimana gama telah diselengkan
tidak sebagai
panduan iman tetapi perhiasan identitas semata. Islam
menjadi tredmark
tanpa subtansi, karena agama mereka teleh bergeser kepada
uang dan uang.
Maka tidak salah jika sila pertama dari pancasila yang
dulunya berbunyi
‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ berubah menjadi ‘Keuangan Yang
Maha Kuasa’.
Jika telah demikian keadaannya maka umat Islam telah menuju
pada satu titik
lemah yang membahayakan, karena minimnya kesadaran ber-Islam
yang benar dan
sungguh-sungguh. Semua perilaku peribadatan dihitung dengan
untung rugi,
semuanya dikalkulasi layaknya ilmu ekonomi. Pada saat ini
orang islam jauh
lebih ketakutan kehilangan uang dari pada agama, lebih
senang hidup berpoya
dan sangat takut kematian, padahal mereka tahu bahwa
kematian pasti akan
datang. Kegilaan kepada dunia inilah yang menurunkan
kwalitas iman manusia
dan menggiringnya menuju kehancuran Islam sendiri,
sebagaimana sabda
Rasulullah saw:
يوشك أن تتداعى عليكم الأمم كما تداعى الأكلة على قصعتها, قيل أ من
قلة نحن
يومئذ؟ قال: لا بل أنتم كثير ولكنكم غثاء كغثاء السيل ولينزعن الله من
صدور
عدوكم المهابة وليقذفن فى قلوبكم الوهن, قيل: وما الوهن؟ قال حب
الدنيا
وكراهية الموت
Akan datang suatu masa dimana bangsa mengeroyok kalia
seperti orang rakus
merebutkan makanan di atas meja, ditayakan (kepada
Rasulullah saw) apakah
karena saat itu jumlah kita sedikit? Jawab Rasulullah saw:
tidak, bahkan
kamu saat itu adalah mayoritas, tetapi kamu seperti buih di
atas permukaan
banjir, hanya mengikuti kemana arah arus mengalir. Sungguh
pada saat itu
Allah telah mencabut rasa takut dari dada musuh-musuh kamu,
dan
mencampakkan di dalam hatimu al-wahn. Ditanyakan kemudian
kepada Rasulullah
saw apakah wahn itu? Rasul menjawab al-wahn adalah cinta
dunia dan benci
mati.
Ikhwanul muslimin yang saya cintai…
Jelas dalam hadits itu Rasulullah saw menyebutkan bahwa
keberadaan orang
Islam saat itu sungguh banyaknya, diibaratkan bagaikan buih
di lautan.
Namun demikian, di balik jumlah yang begitu besar Allah
telah mencabut rasa
takut dari musuh-musuh kita. mereka hanya mentertawakan
kita, karena
kondisi kita tidak berdaya seperti hidangan di atas meja
yang siap disantap.
Bagaimana bisa demikian? Sekali lagi karena orang muslim
kala itu ibarat
buih dilautan terombang-ambing tanpa pedoman. Mari kita
lihat bersama
dimana kelemahan kita. Jawabnya terletak dalam hadits
sebelumnya yang
diatas. Ketika dunia dan harta menguasai hati umat Islam.
keinginan untuk
menjadi kaya dan konsumerisme yang tinggi.
Hal ini dalam dunia ekonomi sama artinya kita berkata umat
muslim dengan
cintanya pada harta dan senangnya berfoya-foya. Rajinnya
keluar-masuk pasar
dan mall menunjukkan konsumerisme yang tinggi. Umat muslim
yang jumlahnya
amat banyak seperti buih di lautan hanya menjadi konsumen
yang selalu
melahap apapun yang dijual oleh produsennya. Tidak hanya
sekedar konsumen
material tapi juga konsumen cultural.
Umat Islam telah menjadi pelanggan berbagai produk, tanpa
mampu menjadi
produsen. Hanya menjadi pembeli tidak pernah menjadi
penjual. Umat muslim
yang banyak itu hanya bisa menentukan pilihan dan tidak
mampu menentukan
harga. Saat inilah musuh-musuh kita, hanya akan menertawakan
kita. mereka
pikir apapun yang mereka jual kepada umat muslim pasti akan
laku. Karena
umat Islam sudah jauh dari pegangan hidup, tidak kenal lagi
zuhud yang ada
adalah gengsi dan gengsi.
Marilah kita cermati, apa yang tidak laku di Indonesia.
Blackberry, 3G,
Android, I Pad, I Phone dan apalagi sekedar Hand Phone. Di
luar negeri
umumnya orang itu mempunyai HP hanya satu, tapi di sekitar
kita umat muslim
Indonesia, orang mempunyai HP lebih dari satu. Demikian juga
dengan mobil
dan rumah. Semakin kaya seseorang semakin berlipat pula
barang yang
dimilikinya. Kepemilikan kini tidak lagi berdasar pada
kebutuhan tapi pada
kesenangan dan nilai gengsi yang tinggi.
Lantas bagaimanakah seharusnya hidup ini? Apakah akan kita
biarkan zaman
yang terus bergerak menuju kehancuran umat Islam? Insyaallah
dengan niatan
yang teguh, marilah kita belajar hidup dengan sederhana.
Menjadi muslim
yang sederhana, berfikir yang sederhana dan bertindak yang
sederhana.
Janganlah terlalu tergiur dengan dunia. Semampu tenaga
memagari diri dengan
menahan nafsu. Ingatlah firman Allah swt:
فلاتغرنكم الحياة الدنيا ولايغرنكم بالله الغرور
Janganlah sekali-kali hidup di dunia ini memperdayakanmu dan
jangan pula
syaitan memperdayakan kamu dalam manta’ati Allah.
Semoga bermanfa’at…wallahu a’lam bi showab….
sip, guandhem....
BalasHapus